PENYAKIT AKIBAT KERJA
MAKALAH
Oleh
Dedik Hariyanto (110511427022)
Rizky Kurniawan (110511406752)
Syahrul Kirom (110511427009)
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
TEKNIK
SEPTEMBER
2011
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pada awal abad ke 20 di dunia, terutama di Amerika dan di
Eropa terjadi ledakan industri, yang dalam hal ini telah mengakibatkan
munculnya penyakit-penyakit akibat pekerjaan atau yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Terbiasa di depan
komputer, terlalu lama duduk di kantor, mengendalikan mesin-mesin pabrik, atau
bahkan mengolah bahan-bahan kimia yang berhubungan dengan pekerjaan dan
berbagai kebiasaan dalam melaksanakan tugas dalam pekerjaan, tanpa disadari
dapat memicu penyakit. Hal ini umumnya dinamakan sebagai Penyakit Akibat Kerja
(PAK). Namun, sudahkah Anda memperhitungkan dan memahami risiko dari pekerjaan
Anda? Maka untuk memberikan kesadaran dan pengetahuan mengenai PAK, berikut
artikel singkatnya.
Masalah kesehatan kerja adalah adanya penyakit
yang timbul akibat kerja, penyakit akibat hubungan kerja ataupun kecelakaan
akibat kerja, yang disebabkan adanya interaksi antara pekerja dengan alat,
metode dan proses kerja serta lingkungan kerja.
Oleh karena itu, deteksi dini penyakit akibat kerja sangatlah penting.
Dengan demikian, tenaga kerja yang sakit dapat segera diobati sehingga
penyakitnya tidak berkembang dan dapat disembuhkan dengan segera. selain itu
juga dapat dilakukan pencegahan agar tenaga kerja yang lain dapat terlindung
dari penyakit tersebut.
Dengan adanya tugas ini, diharapkan dapat menjelaskan sebagian kecil
masalah yang dialami pekerja.
BAB II
ISI PEMBAHASAN
DEFINISI
PenyakitAkibat
Kerja adalah penyakit yang timbul akibat kerja, alatkerja, bahan, proses maupun
lingkungan kerja.
WHO
membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja :
1.
Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan,
misalnya Karsinoma, Bronkhogenik,
Silikosis,Asbetosis, Kanker oleh rokok dan debu.
2.
Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara factor-factor
penyebablainnya, misalnya Bronkhitiskhronis.
3.
Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya,
Misalnya asma yang di perberat oleh debu.
4.
penyakit yang di sebabkan oleh kondisi lingkungan kerja, misalnya gangguan
peredaran
darah oleh hemolitik.
FAKTOR PENYEBAB
Faktor
penyebab PenyakitAkibat Kerja (PAK) sangat banyak, tergantung pada bahan yang
digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak
mungkin disebutkan satu per satu. Factor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5
golongan:
1. Golongan fisik :suara (bising), radiasi, suhu
(panas/dingin), tekanan yang sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang
kurang baik.
2. Golongan kimiawi :bahan kimiawi yang digunakan dalam
proses kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu,
uap, gas, larutan, awan atau kabut.
3. Golongan biologis
: Bakteri, Virus atau Jamur.
4. Golongan fisiologis
: biasanya disebabkan oleh penataan
tempat kerja dan carakerja
5. Golonganpsikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan
stress.
DETEKSI DINI
Dalam pengendalian penyakit akibat kerja, salah satu upaya yang wajib
dilakukan adalah deteksi dini, sehingga pengobatan dapat diberikan secepat
mungkin. Dengan demikian, penyakit bisa pulih tanpa menimbulkan kecacatan.
Sekurang-kurangnya, tidak menimbulkan kecacatan lebih lanjut. Deteksi dini
seharusnya telah merupakan upaya yang tidak terpisahkan dalam kesehatan kerja.
Tidak berlebihan jika pada tahun 1974,Dewan Eksekutif Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) meminta kepada Direktur Jenderal WHO untuk melaksanakan.
Perbandingan dan evaluasi berbagai metoda deteksi dini gangguan kesehatan pada
pekerja. Bahkan deteksi dini penyakit akibat kerja lebih lanjut ditegaskan
dalam Program Kerja bagi kesehatan pekerja yang disahkan oleh WHO. Pada banyak
kasus, penyakit akibat kerja bersifat berat dan mengakibatkan cacat.
Namun demikian ada dua faktor yang membuat penyakit ini mudah dicegah.
Pertama, bahan penyebab penyakit mudah diidentifikasi, diukur dan dikontrol.
Kedua, populasi yang berisiko biasanya mudah didatangi dan dapat diawasi secara
teratur serta dilakukan pengobatan. Di samping itu, perubahan awal seringkali
bisa pulih dengan penanganan yang tepat. Karena itulah deteksi dini penyakit
akibat kerja sangatlah penting. Lingkungan kerja sering mengandung bermacam-macam
bahaya kesehatan, baik bersifat fisik, kimia, biologis maupun psikologis.
Deteksi dini merupakan kata kunci untuk mengatasi berbagai penyakit akibat
kerja.
Sekurang-kurangnya ada tiga hal, menurut WHO,yang dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam deteksi dini, yaitu:
Perubahan biokimiawi dan morfologis
yang dapat diukur melalui analisislaboratorium. Misalnya hambatan aktivitas
kolinesterase pada paparan terhadap pestisida organofosfat, penurunan kadar
hemoglobin (Hb), sitologi sputum yang abnormal dan sebagainya.
Perubahan kondisi fisik dan fungsi
sistem tubuh yang dapat dinilai melaluipemeriksaan fisik dan laboratorium.
Misalnya elektrokardiogram, uji kapasitas kerja fisik, uji saraf dan
sebagainya.
Perubahan kesehatan umum yang dapat
dinilai dari riwayat medis. Misalnya rasa
kantuk dan iritasi mukosa setelah paparan terhadap pelarut-pelarut
organik.
DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
UntukdapatmendiagnosisPenyakitAkibatKerjapadaindividuperludilakukansuatupendekatansistematisuntukmendapatkaninformasi
yang diperlukandanmenginterpretasinyasecaratepat.
Pendekatantersebutdapatdisusunmenjadi
7 langkah yang dapatdigunakansebagaipedoman:
1.
Tentukan Diagnosis klinisnya
Diagnosis
klinisharusdapatditegakkanterlebihdahulu,
denganmemanfaatkanfasilitas-fasilitaspenunjang yang ada,
sepertiumumnyadilakukanuntukmendiagnosissuatupenyakit.Setelah diagnosis
klinikditegakkanbarudapatdipikirkanlebihlanjutapakahpenyakittersebutberhubungandenganpekerjaanatautidak.
2.
Tentukanpajanan yang dialamiolehtenagakerjaselamaini
Pengetahuanmengenaipajanan
yang
dialamiolehseorangtenagakerjaadalahesensialuntukdapatmenghubungkansuatupenyakitdenganpekerjaannya
.Untukiniperludilakukan
anamnesis mengenairiwayatpekerjaannyasecaracermatdanteliti, yang mencakup:
-
Penjelasanmengenaisemuapekerjaan yang
telahdilakukanolehpenderitasecarakhronologis
-
Lamanyamelakukanmasing-masingpekerjaan
- Bahan yang diproduksi
-
Materi (bahanbaku) yang digunakan
-
Jumlahpajanannya
-
Pemakaianalatperlindungandiri (masker)
-
Polawaktuterjadinyagejala
-
Informasimengenaitenagakerja lain (apakahada yang mengalamigejalaserupa)
-
Informasitertulis yang adamengenaibahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dansebagainya)
3.
Tentukanapakahpajanantersebutmemangdapatmenyebabkanpenyakittersebut
Apakahterdapatbukti-buktiilmiahdalamkepustakaan
yang mendukungpendapatbahwapajanan yang dialamimenyebabkanpenyakit yang
diderita.Jikadalamkepustakaantidakditemukanadanyadasarilmiah yang
menyatakanhaltersebut di atas,
makatidakdapatditegakkandiagnosapenyakitakibatkerja.Jikadalamkepustakaanada
yang mendukung,
perludipelajarilebihlanjutsecarakhususmengenaipajanansehinggadapatmenyebabkanpenyakit
yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dansebagainya).
4.
Tentukanapakahjumlahpajanan yang
dialamicukupbesaruntukdapatmengakibatkanpenyakittersebut.
Jikapenyakit
yang dideritahanyadapatterjadipadakeadaanpajanantertentu, makapajanan yang
dialamipasien di tempatkerjamenjadipentinguntukditelitilebihlanjutdanmembandingkannyadengankepustakaan
yang adauntukdapatmenentukan diagnosis penyakitakibatkerja.
5.
Tentukanapakahadafaktor-faktor lain yang mungkindapatmempengaruhi
Apakahadaketerangandaririwayatpenyakitmaupunriwayatpekerjaannya,
yang dapatmengubahkeadaanpajanannya, misalnyapenggunaan APD,
riwayatadanyapajananserupasebelumnyasehinggarisikonyameningkat.
Apakahpasienmempunyairiwayatkesehatan
(riwayatkeluarga) yang
mengakibatkanpenderitalebihrentan/lebihsensitifterhadappajanan yang dialami.
6.
Cariadanyakemungkinan lain yang dapatmerupakanpenyebabpenyakit
Apakahadafaktorlain
yang dapatmerupakanpenyebabpenyakit? Apakahpenderitamengalamipajananlain yang
diketahuidapatmerupakanpenyebabpenyakit. Meskipundemikian, adanyapenyebab lain
tidakselaludapatdigunakanuntukmenyingkirkanpenyebab di tempatkerja.
7.
Buatkeputusanapakahpenyakittersebutdisebabkanolehpekerjaannya
Sesudahmenerapkankeenamlangkah
di atasperludibuatsuatukeputusanberdasarkaninformasi yang telahdidapat yang
memilikidasarilmiah.Sepertitelahdisebutkansebelumnya,
tidakselalupekerjaanmerupakanpenyebablangsungsuatupenyakit,
kadang-kadangpekerjaanhanyamemperberatsuatukondisi yang telahadasebelumnya.Hal
iniperludibedakanpadawaktumenegakkan
diagnosis.Suatupekerjaan/pajanandinyatakansebagaipenyebabsuatupenyakitapabilatanpamelakukanpekerjaanatautanpaadanyapajanantertentu,
pasientidakakanmenderitapenyakittersebutpadasaatini.
Sedangkanpekerjaandinyatakanmemperberatsuatukeadaanapabilapenyakittelahadaatautimbulpadawaktu
yang samatanpatergantungpekerjaannya,
tetapipekerjaannya/pajanannyamemperberat/mempercepattimbulnyapenyakit.
Dari
uraian di atasdapatdimengertibahwauntukmenegakkan diagnosis
PenyakitAkibatKerjadiperlukanpengetahuan yang spesifik,
tersedianyaberbagaiinformasi yang didapat
baikdaripemeriksaanklinispasien,
pemeriksaanlingkungan di tempatkerja (bilamemungkinkan) dan data epidemiologis.
PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah usaha atau tindakan para pekerja agar tidak
terpajan zat-zat berbahaya. Usaha itu antara lain:
1.
Membuat
Undang-undang dan peraturan menyangkut penyakit akibat kerja
2.
Memodifikasi alat
industri
3.
Substitusi. Yaitu
dengan mengganti bahan-bahan yang membahayakan dengan bahan yang tidak
berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan maupun mutunya.
4.
Ventilasi, baik
secara umum maupun secara lokal yaitu dengan udara bersih yang dialirkan ke
ruang kerja dengan menghisap udara keluar ruangan.
5.
Alat Pelindung
Diri. Alat ini dapat berbentuk pakaian, topi, pelindung kepala, sarung tangan,
sepatu yang dilapisi baja bagian depan untuk menahan beban yang berat, masker
khusus untuk melindungi pernafasan terhadap debu atau gas berbahaya, kaca mata
khusus dsb.
6.
Pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja. Hal ini meliputi pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
dan pemeriksaan secara berkala untuk mencari faktor penyebab yang menimbulkan
gangguan maupun kelainan kesehatan terhadap tenaga kerja.
7.
Latihan dan
informasi sebelum bekerja
8.
Agar pekerja
mengetahui dan berhati-hati terhadap berbagai kemungkinan adanya bahaya.
9.
Pendidikan dan
penyuluhan tentang K3, Dilaksanakan secara teratur.
b. Percegahan sekunder
Pencegahan sekunder diperlukan untuk mendeteksi dini penyakit akibat
kerja. Pencegahan sekunder antara lain bisa dilakukan seperti:
1.
Penyuluhan.
2.
Identifikasi zat
berbahaya.
3.
Pemerikasaan
kesehatan secara berkala.
4.
Surveilans penyakit
akibat kerja.
c. Pencegahan tersier
Yaitu mencegah terjadi kecacatan pada pekerja yang sudah terkena penyakit
akibat kerja. Hal ini bisa dilakukan antara lain sbb:
1.
Mengistrahatkan
pekerja..
2.
Melakukan
pemindahan pekerja dari tempat yang terpaja.
3.
Melakukan
pemeriksaan berkala untuk evaluasi penyakit.
Ada banyak metode pencegahan, tapi menurut kami cara mencegah
penyakit pada waktu kerja adalah kedisiplinan, doa istri dan anak-anak, dan
paling penting doa orang tua untuk anak-anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
http://safety4abipraya.wordpress.com/2008/03/19/penyakit-akibat-kerja/
http://www.anekanews.com/2011/07/cara-mencegah-penyakit-akibat-kerja.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar