KONSTRUKTIVISTIK



Pengertian dan Tujuan Konstruktivistik
 a. Pengertian Konstruktivistik
            Konstruksi berarti bersifat membangun. Menurut Tran Vui, konstruktivistik adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas pengalaman-pengalaman sendiri, sedangkan teori konstruktivistik adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain.
Menurut Glasersfeld (dalam Beetencourt, 1989 dan Matthews, 1994), konstruktivistik adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri dan juga menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas), pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu kontruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Lebih jauh Von Glasersfeld (collette & ciappatta, 1994) mengemukakan bahwa “constructivists stress that human contruct the objects and relationship that they perceive to the extent that their conceptions fit the environtment.”
Menurut Parkay (1995), konstruktivis memandang bahwa dalam belajar, siswa secara aktif mengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri. Belajar merupakan kerja mental secara aktif. .  
 Menurut Martin. Et. Al (1994), konstruktivistik menekankan pentingnya setiap siswa aktif mengkonstruksikan pengetahuan melalui hubungan saling mempengaruhi dari belajar sebelumnya dengan yang baru.

b. Tujuan Konstruktivistik
- Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
- Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawaban dari pertanyaan tersebut.
- Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
- Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
- Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Prinsip dan Ciri Pengajaran Konstruktivistik
a. Prinsip pengajaran kontruktivistik
Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivistik yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar.
3) Siswa aktif megkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4) Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar.
5) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
6) Mencari dan menilai pendapat siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.


b. Ciri pengajaran konstruktivistik
- Memberi peluang kepada siswa membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya.
- Menggalakkan soal atau ide dari siswa dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
- Menyokong pembelajaran secara koperatif pada sikap dan pembawaan siswa.
- Menggalakkan dan menerima daya usaha serta autonomi siswa.
- Menggalakkan siswa bertanya dan berdialog antara siswa dan guru.
- Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran. 
- Menggalakkan proses inkuiri siswa melalui kajian dan eksperimen.

Proses Belajar Menurut Konstruktivistik
            Pada bagian ini akan dibahas proses belajar dari pandangan kontruktivistik dan dari aspek-aspek si pelajar, peranan guru, dan sarana belajar, 
1. Proses belajar kontruktivistik secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas.
2. Peranan siswa. Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si pelajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.
3. Peranan guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.

4. Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.

Pandangan Kontruktivistik tentang Belajar dan Pembelajaran, Lingkungan belajar, Strategi Belajar dan Evaluasi
a. Pandangan konstrktivistik tentang belajar dan pembelajaran
- Pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu.
- Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar adalah menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan.
- Siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.

b. Pandangan konstruktivistik tentang lingkungan belajar
- Ketidakteraturan, ketidakpastian, kesemrawutan,
- Siswa harus bebas.
- Kebebasan menjadi unsur yang esensial dalam lingkungna belajar. 
- Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang perlu dihargai.
- Kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. pelajar adalah subjek yang harus memapu menggunakan kebebasan untuk melakukan pengaturan diri dalam belajar. 
- Kontrol belajar dipegang oleh pelajar.


c. Pandangan konstruktivistik tentang strategi belajar
- Penyajian isi menekankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna mengikuti urutan dari keseluruhan ke bagian.
- Pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk meladeni pertanyaan dan ide-ide siswa.
- Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada data primer dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis.
- Pembelajaran menekankan pada proses.

d. Pandangan konstruktivistik tentang evaluasi
- Evaluasi yang menggali munculnya berpikir divergen, pemecahan ganda, bukan hanya satu jawaban benar
- Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar dengan cara memberikan tugas-tugas yang menuntut aktivitas belajar yang bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks nyata.
- Evaluasi menekankan pada keterampilan proses dalam kelompok.
 Kelebihan dan Kelemahan, serta Kendala dalam Pengajaran Konstruktivistik
a. Kelebihan Pengajaran Konstruktivistik
Berfikir: Dalam proses membina pengetahuan baru, siswa berfikir untuk menyelesaikan masalah.
Paham: Oleh kerena siswa terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
  Ingat: Oleh kerana siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin siswa melalui pendekatan ini membina sendiri kepahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
Kemahiran sosial: Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.

Seronok: Oleh karena mereka terlibat secara terus, mereka paham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sehat, maka mereka akan merasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
b. Kelemahan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung. 
c. Kendala-kendala
1) Sulit mengubah kebiasaan dan keyakinan guru.
2) Guru kurang tertarik dan mengalami kesulitan mengelola kegiatan pembelajaran berbasis konstruktivistik.
3) Adanya anggapan guru bahwa penggunaan metode dan pendekatan baru dalam pembelajaran akan menggunakan waktu yang lebih besar.
4) Banyaknya pelajaran yang harus dipelajari siswa merupakan kendala yang cukup serius.
5) Pembelajaran berbasis konstruktivistik mensyaratkan perubahan sistem evaluasi yang mungkin belum dapat diterapkan oleh guru.
6) Siswa telah terkondisi untuk bersikap menunggu informasi (transfer pengetahuan dari guru).
7) Budaya negatif di lingkungan rumah juga merupakan suatu kendala

DEDIK HARIYANTO
110511427022
PTM / A1

Asal-Usul Kartu Merah dan Kuning

Apakah penggunaan kartu merah dan kuning sudah dikenal begitu sepak bola modern muncul? Jawabannya tidak. Kartu merah dan kuning baru diperkenalkan pada Piala Dunia 1970.
Namun, inspirasinya muncul pada Piala Dunia 1966, pada perempat final antara tuan rumah Inggris dan Argentina. Wasit yang memimpin pertandingan itu berasal dari Jerman, yakni Rudolf Kreitlein.
Karena melakukan pelanggaran keras, kapten Argentina, Antonio Rattin, dikeluarkan oleh Kreitlein. Namun, Rattin tak paham apa maksud wasit asal Jerman itu. Dia pun tak segera meninggalkan lapangan.
Wasit Inggris yang ikut bertugas di pertandingan itu, Ken Aston, kemudian masuk ke lapangan. Dengan sedikit modal bahasa Spanyol, dia merayu Rattin untuk meninggalkan lapangan. Pasalnya, wasit yang memimpin pertandingan, Rudolf Kreitlein, memutuskan begitu. Karena hanya tahu bahasa Jerman dan Inggris, ia kesulitan menjelaskan keputusannya kepada Rattin.
Karena kasus ini, Ken Aston kemudian berpikir. Harus ada komunikasi universal yang bisa langsung diketahui semua orang, ketika wasit memberi peringatan kepada pemain atau mengeluarkannya dari lapangan. Dengan demikian, wasit tak perlu harus membuat penjelasan dengan bahasa yang mungkin tak diketahui pemain.
Suatu hari, dia berhenti di perempatan jalan. Melihat lampu lalu lintas, dia kemudian mendapatkan ide. Kemudian, dia mengusulkan agar wasit dibekali kartu kuning dan merah. Kartu kuning untuk memberi peringatan keras atau sanksi ringan kepada pemain yang melakukan pelanggaran. Adapun kartu merah untuk sanksi berat, dan pemain yang melakukan pelanggaran berat itu harus keluar dari lapangan.
Ide itu diterima FIFA. Pada Piala Dunia 1970, kartu kuning dan merah kali pertama digunakan. Ironisnya, sepanjang Piala Dunia 1970 tak satu pun pemain yang terkena kartu merah. Hanya kartu kuning yang sempat dilayangkan sehingga kartu merah tak bisa “pamer diri” pada Piala Dunia 1970.
Meski ide tersebut datang dari wasit Inggris, negeri itu tak serta merta menerapkannya di kompetisi mereka. Kartu merah dan kuning baru digunakan di kompetisi sepak bola Inggris pada 1976. Pasalnya, wasit kemudian terlalu mudah mengeluarkan kartu dan diprotes banyak pemain. Oleh sebab itu, penggunaannya sempat dihentikan pada 1981 dan 1987.
Yang menarik, ide ini diadopsikan di cabang olahraga hoki. Bahkan, kartu-kartu peringatan di cabang ini menggunakan tiga warna seperti lampu lalu lintas: hijau, kuning, dan merah. Hijau untuk peringatan, kuning untuk mengeluarkan pemain sementara waktu, dan merah untuk mengusir pemain secara permanen.

Doa mengusir setan


Manfaat Facebook bagi Mahasiswa

Lima tahun terakhir kita sering mendengar kata Facebok yang menjamur bagai cendawan di musim hujan bahkan mampu menyihir jutaan orang yang ada di dunia khususnya negara kita ini. Hampir jutaan manusia berkumpul di facebook. Berdasarkan data yang ada di internet bahwa facebook mempunyai 150 juta pendaftar dan lebih dari 20 juta pengguna aktif. Kita tahu bahwa facebook dibuat oleh seorang remaja asal Havard University, Mark Zuckerberg yang pada awalnya dibuat untuk sekitar Havard University dan akhirnya menyebar ke seluruh penjuru dunia seperti sekarang ini. Facebook atau sering disebut dengan singkatan FB saat ini sangat nge-trend di kalangan masyarakat dunia. Jejaring sosial ini menghubungkan berjuta-juta orang di dunia untuk saling berkomunikasi dalam berbagai hal. Dari anak-anak hingga orang dewasa dapat menggunakan fasilitas facebook ini, dari update status hingga mengomentari status orang lain yaitu teman kita di FB Manfaat facebook dari berbagi sisi, yang paling di temukan oleh para pengguna facebook adalah dari segi layanan pertemanan. Mereka dapat menemukan teman-teman mereka yang sudah lama tidak bertemu, mereka bisa saling sapa dan seperti Reuni dadakan. Selain itu kelebihan dari facebook dibanding dengan layanan sosial networking yang lain adalah facebook mempu memberikan feature-feature atau fasilitas yang diberikan untuk memanjakan penggunanya, seperti Game, Groups, dan fasilitas yang bisa bertambah sewaktu-waktu dengan bertambahnya jumlah pengguna social netwoking ini. Orang tua juga bisa menggunakan FB tersebut sebagai sarana untuk sekedar mengawasi anak mereka jika tidak dapat mendampinginya.Sama dengan situs-situs pertemanan di dunia maya lainnya, Facebook hadir di tengah-tengah masyarakat luas pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya, adalah untuk memudahkan pertemanan, komunikasi, dan melebarkan jaringan/koneksi, dan memudahkan masyarakat satu dengan yang lain dalam pemenuhan kebutuhan sebagian makhluk sosial yang saling bergantung. Bahkan untuk pelajar atau mahasiswa, dapat berbagi atau sharing masalah pelajaran, bertukar informasi, diskusi kelompok jadi tidak perlu bertatap muka langsung bertemu dengan teman diskusi kita, atau sekedar menghibur diri semata jika tidak ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Dari sekian banyak manfaat facebook tersebut ada juga banyak kelemahan yang diakibatkan oleh jejaring sosial ini. Akibat keasyikan bermain facebook kita sering lalai dengan berbagai tugas kita yang menumpuk itu, kurangnya waktu untuk bersosialisai dengan orang lain dan lingkungan sekitar, membuat lupa waktu sehingga pola hidup tidak teratur, mahasiswa cenderung melakukan hal-hal yang praktis dan tidak melakukan hal yang sulit sehingga terbiasa dengan sesuatu yang apa adanya dan menghambat kreatifitas mahasiswa tersebut, mahasiswa tersebut cenderung boros karena facebook bisa diakses melalui handphone sehingga mengurangi pulsa si pengguna handphone tersebut yang menjadi penyebab mahasiswa boros karena akan terus membeli pulsa untuk kebutuhan facebooknya. Bikin sakit mata, menjadi mahasiswa yang kurang menghargai dosen karena saat menerangkan materi tidak memperhatikan dosen, tetapi malah Facebookan. Berdasarkan itu yang dilaporkan oleh peneliti Ohio State University disebutkan bahwa 65% mahasiswa setiap hari mengakses Facebook minimal satu kali dan menghabiskan setidaknya satu jam di laman tersebut. Yang menarik, 79% dari pengguna Facebook merasa bahwa menggunakan laman tersebut tidak mempengaruhi kualitas pekerjaan mereka. Namun hanya mempengaruhi nilai ujian mereka yang semakin menurun. Sebagai mahasiswa kita seharusnya dapat memanfaatkan facebook dengan bijak, jangan meenggunakan facebook tersebut atau teknologi lainnya dengan hal-hal yang negatif.