SABTU MALAM ATAU MALAM MINGGU?


Tulisan ini terinspirasi oleh sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang pelajar asing dari Jepang yang belajar bahasa Indonesia di Universitas Indonesia. Pertanyaan yang dilontarkan oleh orang itu adalah, “Kenapa orang Indonesia mengenal dua penamaan waktu?” Maksud dari dua penamaan waktu di sini adalah adanya dua penyebutan untuk satu waktu yang sama, misalnya kita mengenal malam Minggu danSabtu malam. Kedua frase tersebut sebenarnya mewakili satu waktu yang sama, yaitu malam hari pada hari Sabtu.

Bagaimana awalnya sehingga Bahasa Indonesia memiliki dua penyebutan untuk mewakili satu waktu yang sama? Seperti yang telah kita ketahui bangsa Indonesia telah mendapatkan banyak pengaruh dari luar,terutama Islam dan Barat. Hal ini ternyata juga memberi dampak pada pembentukan Bahasa Indonesia. Sebagai jawaban dari pertanyaan di atas kita akan melihat bagaimana konsep masa pada satu hari dalam Islam dan Barat.


Secara alamiah, manusia menganggap bahwa satu hari adalah lamanya masa satu putaran bumi di atas porosnya. Kemudian, manusia membagi satu hari ke dalam beberapa bagian kecil, seperti pagi, siang, sore dan malam. Selain itu, satu hari dibagi pula dalam bagian terkecil, yakni jam (1hari=24jam). Hal tersebut berlaku secara umum di semua bangsa.
Akan tetapi, hal yang berbeda adalah kapan hari itu dimulai. Menurut Azmi Abdullah,”Fahaman barat menanggapi jangka masa ‘satu hari’ bermula selepas waktu tengah malam (12:00 pm) berikutnya.” Abdullah.Azmi:2003)

Berdasarkan pendapat tadi, kita dapat melihat bahwa konsep penyebutan Sabtu malam merupakan konsep yang diambil dari penyebutan orang Barat. Hal ini dapat kita temui dalam bahasa Belanda, yaitu Zaterdag avond, dan Bahasa Inggris, Saturday night. Jadi,dapat disimpulkan bahwa frase Sabtu malam merupakan penyebutan yang berasal dari pengaruh barat karena Sabtu malam merupakan malam hari pukul 18:00 – 24:00 yang masih terjadi pada hari Sabtu. Jika lewat dari pukul 24:00, maka disebut Minggu dini hari.
Selain penamaan tersebut, dalam bahasa Indonesia juga berlaku konsep satu hari yang berlaku dalam Islam. Sementara dalam fahaman Islam, jangka masa ‘satu hari’ bermula sebaik-baik saja masuk waktu sholat maghrib dan berakhir sebaik-baik saja sebelum masuk waktu sholat maghrib berikutnya (Abdullah,Azmi:2003)

Konsep satu jangka masa menurut Islam tersebut sesuai dengan penyebutan malam Minggu dalam Bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan penyebutan malam Minggu terjadi karena sebenarnya pada hari itu sudah masuk hari Minggu. Jadi,hari Sabtu pukul 18:00 menurut perhitungan waktu Barat masih dianggap hari Sabtu, sedangkan menurut perhitungan waktu Islam sudah masuk ke hari Minggu sehingga bisa disebut malam Minggu. Akan tetapi, perhitungan Islam ini tidak mengenal dini hari, konsep dini hari sudah diwakili dengan konsep waktu subuh,beberapa saat sebelum matahari terbit. Jadi, sebelum subuh masih dianggap malam hari.

Hal ini terlihat pula dari penyebutan konsep tadi malam dan kemarin malam. Kata tadi dan kata kemarin memiliki perbedaan konsep masa. Kata tadi dipakai untuk jangka waktu yang telah berlalu, tetapi masih dalam satu kurun waktu yang sama, dalam hal ini satu hari. Sebaliknya, kata kemarin dipakai untuk mengutarakan konsep waktu yang sudah berlalu, tetapi dalam kurun waktu hari yang berbeda.

Sebagai contoh, hari ini hari Sabtu pagi pukul 05:00 WIB. Kita bisa mengatakan hari Jumat malam pukul 23:00 dengan frase kemarin malam. Akan tetapi, kita juga bisa menyebut hari jumat malam itu dengan frase tadi malam. Kenapa? Hal itu terjadi karena dua penyebutan tersebut menggunakan dua konsep jangka waktu yang berbeda. Frase kemarin malam dipakai untuk konsep jangka waktu yang kita ambil dari Barat, sedangkan frase tadi malam dipakai untuk konsep jangka waktu yang kita ambil dari Islam.

Selain konsep waktu, ternyata konsep penamaan hari dalam Bahasa Indonesia pun terpengaruh oleh dua unsur asing, yaitu Islam, dalam hal ini Bahasa Arab, dan Barat, dalam hal ini Bahasa Portugis. Akan tetapi, jika dihitung hanya satu hari saja yang menggunakan nama yang berasal dari Bahasa Portugis, sedangkan enam hari lainnya menggunakan nama dari Bahasa Arab yang sudah diserap kedalam Bahasa Indonesia.
Nama hari yang berasal dari Bahasa Arab antara lain sebagai berikut.
Senin = Ithanain = hari kedua
Selasa = Thulata = hari ketiga
Rabu = Arbia = hari keempat
Kamis = Khamis = hari kelima
Jumat = Jumuah = hari keenam
Sabtu = Sabtu =hari ketujuh
Sedangkan nama hari yang berasal dari Bahasa Portugis adalah hari “Minggu” yang berasal dari kata “Domingo” merujuk ke dalam Bahasa Inggris, yaitu “Sunday”, Sunday sendiri sebenarnya diturunkan dari Old English “Sunnandaeg” yang berarti ‘Day of the sun’ (Azmi,Abdullah:2003)

Kita dapat menyimpulkan bahwa pengaruh Islam tenyata lebih kuat di Indonesia. Akan tetapi, perkembangan Bahasa Indonesia dewasa ini telah menunjukkan pergeseran hari. Hari minggu yang pada awalnya merupakan hari pertama dalam satu minggu menjadi hari yang terakhir dalam satu minggu. Sedangkan hari Senin yang sebenarnya merupakan hari kedua menjadi hari yang pertama sebagai permulaan minggu. Kita dapat melihat kenyataan tersebut melalui lagu anak-anak yang diperkenalkan kepada setiap anak-anak di Indonesia, yaitu”Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu, itu nama-nama hari.”
Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa konsep perhitungan dan penamaan hari dalam Bahasa Indonesia merupakan hasil dari pencampuran konsep dari berbagai bangsa. Meskipun demikian, konsep-konsep tersebut sudah disesuikan menjadi konsep penghitungan dan penamaan hari dalam bahasa Indonesia karena ada beberapa hal yang sudah menjadi ciri khas penghitungan dan penamaan hari dalam bahasa Indonesia.

Diambil dari KATA (Media Komunikasi Antarbahasawan) Vol.8 No.2/Oktober 2005
Artikel:
Nazarudin (alumni mahasiswa Program Studi Indonesia FIB UI)
Sumber:
Abdullah, Azmi, 2003.”Konsep dan Istilah Masa dalam Masyarakat Melayu di Negara Brunei Darussalam.”
Rintisan Kajian Leksikologi dan Leksikografi. Depok: FIB UI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar